Mencari Jejak Wiralodra Di Indramayu, Asal Usul Indramayu [Bagian Pertama]


Kabupaten* Indramayu* merupakan kabupaten* di bagian timur laut Provinsi Jawa Barat atau di sekitar Pantai Utara. Letak ibu kota* Kabupaten* Indramayu* sangat dekat dengan muara Sungai Cimanuk (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989: 138-140). Wilayah darat Indramayu* cukup luas mencapai sekitar 209.942 Ha atau 2.099,42 km2 (BPS, 2014: 3-39). Indramayu* juga sering disebut sebagai salah satu wilayah di Pesisir Utara Jawa atau Pantai Utara Jawa (Pantura)[2].


Sumber daya alam yang* dimiliki berasal dari* laut, sawah, dan hutan. Terbentuknya Kabupaten* Indramayu* sering dikaitkan dengan tokoh Arya Wiralodra yang* berasal dari* Bagelen, Jawa Tengah (Kasim, 2011: 1). Nama Indramayu* sendiri menurut kepercayaan masyarakat berasal dari* tokoh bernama Endang Dharma Ayu, tapi ketika orang Belanda datang ke Indramayu* terjadi verbastering dari* in dermayu menjadi Indramayu* (Kasim, 2013: 16).






Indramayu* mengawali eksistensinya sebagai salah satu pelabuhan milik Kerajaan Sunda. Mekipun pelabuhan utama Kerajaan Sunda adalah Banten dan Sunda Kelapa, namun perdagangan di Sungai Cimanuk (Indramayu*) sudah cukup ramai (Cortesao, 2015: 241- 242). Sebagai kota* perdagangan di tepi laut, perkembangan Indramayu* mungkin akan serupa dengan kota* lain seperti Palembang. Kota* tersebut secara administratif mengatur perdagangan antar penduduk sekitar dengan dunia luar, tapi perkembangannya tidak mengikuti tata kota* sosiokultural. Kemudian, jalan dan fasilitas penghubung kota* tidak hanya menuju ke pusat* tapi menyebar secara alami. Perkembangan kota* sebagai pusat* bisa jadi mengikuti perdagangan atau sebaliknya, karena kota* tersebut didirikan sebelum adanya pusat* administrasi (Kuntowijoyo, 2003: 61-62). Dapat* disimpulkan bahwa sejak pertama kali muncul, Indramayu* merupakan sebuah kota* pelabuhan yang* di dalamnya sudah terdapat* kegiatan perdagangan yang* diatur oleh pemerintah lokal.


Ramainya Pelabuhan Cimanuk dulu, menarik perhatian bangsa lain. Tak sedikit orang asing seperti Cina dan Arab kemudian menetap di sana. Pada awalnya daerah pecinan didirikan di sebelah timur Sungai Cimanuk, hingga kemudian Cina dan Arab mendominasi perdagangan di sana. Arsitektur khas Cina masih terlihat pada bangunan rumah, toko, dan kelenteng. Di sisi lain pengaruh bangunan Eropa tampak pada gereja dan sekolah misi zending yang* didirikan oleh warga keturunan Cina. (Kasim, 2013: 90).


Masyarakat di Kabupaten* Indramayu* meyakini bahwa Kabupaten* Indramayu* telah terbentuk sejak abad ke-16, dengan bersumber pada babad yang* berjudul Babad Dermayu. Kisah tersebut banyak diceritakan tanpa interpretasi sehingga antara fakta dan mitos tercampur. Idealnya sebuah karya sejarah mampu menguraikan datadata yang* telah mengalami kritik dan interpretasi sesuai dengan prosedur metode sejarah. Sumber tersebut tidak hanya terbukti autentisitasnya tapi harus memiliki kredibilitas dalam mengungkapkan sebuah peristiwa sehingga dapat* diperoleh sebuah fakta yang* mendekati kebenaran. Penulis melihat bahwa penulisan sejarah pembentukan Kabupaten* Indramayu* belum ditulis sebagai karya sejarah yang* semestinya.


Apa yang* tertulis dalam Babad Dermayu sebagian besar bersifat sastra bukan sejarah. Di dalamnya terdapat* banyak imajinasi penulis, sehingga banyak peristiwa yang* tertulis dalam naskah tersebut hanya sebuah kepercayaan masyarakat atau mitos[3].


Beberapa nama tokoh dan tempat setelah dilakukan koroborasi sumber lain bisa dibuktikan keberadaannya. Akan tetapi, angka tahun yang* didapat*kan dari* pembacaan candra sengkala kurang dapat* dipercaya. Oleh karena itu, perlu ada pembacaan ulang terhadap candrasangkala tersebut oleh orang yang* mumpuni di bidangnya, yaitu seorang filolog. Tentu hari jadi Indramayu* pun perlu dikaji kembali, dan diusulkan tanggal yang* lebih tepat sesuai dengan fakta sejarah dan identitas Kabupaten*  Indramayu* sebagai bagian dari* awal perkembangan Indramayu*.


Teori munculnya kota*-kota* di Indonesia yang* sebagian besar pernah berada di bawah kolonial seringkali dibagi ke dalam beberapa pembabakan. Mulai dari* kota* tradisional (kota* praindustri), kota* kolonial, hingga kota* modern (kota* pascakolonial). Kota* tradisional di sini memiliki arti bahwa perkembangan kota* tersebut ketika berada di bawah kekuasaan penguasapenguasa lokal (Basundoro, 2012: 7).


Ciri secara fisik adalah terdapat* sebuah alun-alun yang* di selatannya terdapat* pendopo sebagai pusat* yang* menghadap ke utara atau gunung. Sebelah barat alun-alun terdapat* mesjid, sebelah timurnya perangkat pemerintahan lain seperti pengadilan dan kejaksaan, dan di sebelah utaranya terdapat* pasar sebagai pusat* perekonomian. Indramayu* memiliki ciri kota* tradisional yang* awalnya terletak di sebelah barat Cimanuk. Mesjid Dermayu yang* sekarang dikenal Mesjid Baiturrahmah sebagai mesjid tertua masih berdiri kokoh meski beberapa kali dilakukan pemugaran. Mesjid ini berada di sebelah barat alun-alun lama.


Tahun 1900-an pusat* kota* Indramayu* dipindahkan ke sebelah timur Cimanuk. Meskipun hal ini dilakukan oleh pemerintah kolonial namun tetap mempertahankan pola kota* tradisional. Hingga saat ini kita dapat* melihat kantor bupati, alun-alun serta Mesjid Jami Indramayu*. Hanya saja pengadilan,

kejaksaan, dan penjara yang* sekarang semuanya sudah dipindahkan. Pasar di sekitar daerah Randu Gede tepatnya berada di sebelah barat alun-alun kini sudah tidak ada lagi (Kasim, 2013: 117-120).


Selama periode 1650 sampai 1680 tidak kurang dari* 30 macam jenis barang yang* dikeluarkan dari* Pelabuhan Indramayu*, misalnya beras, padi, kayu jati dalam berbagai jenis balok papan, dendeng rusa atau kerbau, ayam, telur, terasi, ikan asin, kulit binatang, berbagai macam buah, sayur mayur, kacangkacangan, gula, tebu, bawang, tembakau, sapi, garam, rotan, minyak goreng, tikar, arak, kapuk, asam, dan lada. Selain komoditas-komoditas tersebut kapal dari* Indramayu* mengangkut penumpang juga, semakin lama jumlah penumpang dan komoditas yang* diangkut semakin tinggi (Dasuki, 1977: 159). Pada masa itu kegiatan produksi di Indramayu* sudah cukup berkembang dengan baik, lalu bagaimana perkembangan ekonomi di Indramayu* selanjutnya karena saat ini tingkat produksi di Indramayu* tidak lebih baik dari* kabupaten* lain di Jawa Barat. Padahal dari* data ini bisa kita lihat bahwa Indramayu* memiliki banyak potensi yang* sudah berjalan sejak dulu.


Masyarakat Indramayu* memiliki keunikan karena memiliki kebudayaan berbeda dengan sebagian besar wilayah di Jawa Barat yang* berbudaya Sunda. Indramayu* seperti sebuah tempat yang* isinya menjadi tarik menarik antara budaya Sunda dan budaya Jawa. Namun budaya Jawa yang* ada Indramayu* kadang tidak diklasifikasikan sebagai bagian dari* budaya Jawa karena terdapat* berbagai perbedaan. Budaya Indramayu* atau sering disebut budaya Dermayu dapat* dikatakan serumpun dengan budaya Cirebon. Namun budaya Dermayu dan Cirebon pun memiliki perbedaan sehingga terkadang keduanya tidak dimasukan dalam satu klasifikasi, tapi berdiri masing-masing dengan segala persamaan dan perbedaannya (Kasim, 2013: 10).


Perbedaan yang* mencolok dari* kebudayaan masyarakat Indramayu* dengan kebudayaan masayarakat di Jawa Barat pada umumnya terdapat* pada bahasa yang* digunakan. Sebagian besar masayarakat Indramayu* menggunakan bahasa Jawa meskipun di beberapa tempat ada juga yang* menggunakan bahasa Sunda. Pada umumnya bahasa Jawa yang* digunakan di Indramayu* masih bisa disebut sebagai bahasa Jawa, bukan bahasa Dermayu. Hanya terdapat* perbedaan dialek sehingga bisa disebut bahasa Jawa dialek Indramayu*. Akan tetapi, bagi masyarakat Indramayu*, sebagai bentuk kebanggaan terhadap bahasa yang* digunakan, mereka tetap menganggap bahwa bahasa mereka merupakan bahasa tersendiri. Sebagai bukti kebanggaan tersebut sering diadakan seminar bahasa Indramayu*.


Catatan kaki :


2 Menurut Lombard istilah pesisir yang* sebenarnya adalah mengacu pada daerah pantai yang* bermula di Cirebon di sebelah barat hingga Surabaya di sebelah timur. Namun istilah tersebut dapat* diperluas lagi mencakup keseluruhan daerah Pantai Utara di Pulau Jawa (Lombard, 20051 : 37).

3 Mitos sebagai produk suatu kebudayaan, memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat, pemegang tradisi mitos, sehingga mitos harus dikenal, diturunkan, dan diwariskan kepada generasi penerusnya.

Fungsi mitos di sini adalah untuk menjaga keharmonisan hidup dari* segala kemungkinan gangguan dan ancaman dari* luar (Herlina, 2009: 15). Munculnya mitos-mitos dalam proses pembentukan kota* pada periode kota* tradisional sebenarnya merupakan cerminan ketidakberdayaan pikiran manusia pada waktu itu untuk menerjemahkan situasi di sekeliling mereka dengan nalar yang* rasional. Hampir

semua lokasi pembentukan kota* pada awalnya merupakan kawasan kosong, hutan-hutan, atau tanah yang* berawa-rawa. Pada saat itu sangat jarang masyarakat di Pulau Jawa yang* menguasai ilmu bumi, ilmu geografi, geologi, ilmu pengairan, atau landasan ilmiah yang* lain.

Sehingga jalan keluar untuk menerjemahkan kondisi di sekeliling mereka menggunakan nalar yang* tidak rasional (dalam konteks pikiran masa kini) (Basundoro, 2012: 51)



Referensi : Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017 Disusun oleh Dini Nurlelasari Halaman 1-4

My Indramayu
Halo sedulur Indramayu, priwe kabare? Baka pengen kenal Mimin, mangga di LIKE dipit halaman facebook e Berita Indramayu.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter